Jumat, 13 September 2013

Vicky Prasetyo Si Pemerkosa Bahasa


PEMERKOSAAN BAHASA VICKY PRASITYO
Oleh : Jumlah Areza

Entah bahasa planet mana yang di gunakan si Vicky, yang bikin Heboh dunia maya, kalau dari planet Karang Asih cikarang  mungkin nga ya   …V_V….
Agar tidak terlihat Ngedeso, biar di bilang Exclusive dan pintar.  Si Vicky menyesuaikannya dengan jas mahal, tempat di hotel bintang lima, secara yang di jadikan tunangannya artis. Dia berusaha menyesuaikan Kata-kata yang harus menunjukkan derajat tinggi, harus menggunakan bahasa In-telek (tai ayam).
Berbahas yang baik dan benar agar arah komunikasi berhasil di sampaikan ternyata tidak gampang. Menyampaikan pikiran dalam bentuk ucapan dan tulisan tidak bisa diremehkan sebelum menjadi bahan candaan dan olokan.
Salah memilih kata bisa fatal akibatnya, terlihat bodoh bahkan menjadi olok-olokan senasional, jangan karna Pakai Jas, di hotel berbintang dan macarin artis lalu kalimatmu seintelek didrimu. (Cuma dirimu yang tau yang lain ketawa-ketiwi  menterjemahkanya).
Bahasa memang dinamis, terus berkembang. Muncul kata-kata baru, variasi pengucapan dan gaya. Dulu ada bahasa gaul, sekarang ada istilah bahasa alay dan lain-lain, yang dianggap musuh dalam selimut bahasa Indonesia.
Prinsipnya, berbahasa Indonesia harus dengan baik dan benar,  berbahasa harus dengan situasi dan kondisi pemakaian serta mematuhi kaidah-kaidah bahasa yang berlaku secara konsisten. Harus perhatianan kaidah bahasa :  
1.     Tata bunyi,
2.     Tata istilah dan kosakata,
3.     Tata kalimat,
4.     Ejaan, dan yang tak kalah penting
5.     Makna.
Vicky Prasetyo dengan wajah gantengnya, salah dalam tata istilah dan kosakata, ketepatan dan pilihan kata yang kacau. Membuat bingung pendengar, sulit dipahami apa maksud dari kata-kata yang diucapkannya:
Ini loh yang di omongin si genius piki – piki
Cek cidottttttttt…..

“Di usiaku ini, twenty nine my age, aku masih merindukan apresiasi, karena basicly aku senang musik, walaupun kontroversi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran yang kita pilih ya.”
“Kita belajar, apa ya, harmonisisasi dari hal terkecil sampai terbesar. Aku pikir kita enggak boleh ego terhadap satu kepentingan dan kudeta apa yang kita menjadi keinginan.”
“Dengan adanya hubungan ini, bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga dia, tapi menjadi confident. Tapi, kita harus bisa mensiasati kecerdasan itu untuk labil ekonomi kita tetap lebih baik dan aku sangat bangga…”

Ada satu hal yang menggelitik dari gaya bahasa “gado-gado” ala Vicky. Awalnya sekilas mungkin terdengar lucu dan unik, namun jika dicermati lebih seksama, gaya bahasa seperti ini lambat laun bakal menjadi kebiasaan buruk yang antiklimaksnya justru “mengkudeta” kaidah bahasa yang baku. Barangkali ini yang disebut gejala kontaminasi bahasa.
Gejala ini muncul karena orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun kalimat atau frase maupun dalam mempergunakan beberapa imbuhan sekaligus untuk membentuk kata sehingga melahirkan pola kalimat yang kacau.
Bahasa Vicky adalah bahasa yang bisa ditemukan sehari-hari di lingkungan pergaulan sekitar kita, tidak berpola, anti-kaidah, seolah-olah bermakna.
Sejatinya bahasa adalah milik bersama, maka seyogianya kita tidak memaknai kata secara subyektif atau berdasarkan pendapat sendiri. Manfaatkanlah kamus dan ingat EYD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar