Minggu, 18 Oktober 2015

MAHABARATA


MAHABARATA

DI CERITAKAN KEMBALI OLEH JUMLAH AREZA








(VERSI ZEE TV, START TV DAN ANTV)

Metologi india kuno tentang pertempuran Mahabarata  di perkirakan sebelum abad ke 4 masehi, pertempuran ini berlangsung selama delapan belas hari.

Cerita ini bermula di sebuah kerajaan Hastinapura saat di pimpin oleh raja Santanu, santanu memiliki dua istri, Gangga (Dewi Gangga) dan satyawati. Dewi gangga melahirkan seorang Putra Dewabrata atau lebih di kenal dengan Bisma (Mahapatih bisma), raja Santanu sangat menyayangi Bisma, Satyawati khawatir kerajaan akan jatuh ketangan bisma maka ia meminta bisma bersumpah, Untuk menunjukan baktinya kepada kedua orang Tuanya Bismapun bersumpah tidak akan menjadi raja Hastinapura, Satyawati melahirkan dua orang putra Citranggada (citra gada) dan adiknya Wicitrawirya (Citra wirya), Citra gada kemudian meneruskan tahta Hastinapura.

Dibawah Raja Citra gada kepemimpinannya berhsil dan merasakan ketenteraman, Surat Tantangan di berikan Raja Gandarwa yang juga bernama sama Citra gada, ia tak ingin ada raja yang bernama sama di zaman yang sama. Tantangan tersebut di terima citra gada putra sentanu, pertempuran terjadi Kurukshetra. Kurukshertra juga menjadi tempat pertempuran Mahabarata. Pertemempuran selama tiga bulan, Citra gada putra sentanu gugur saat itu ia belum menikah dan kekuasannya di teruskan oleh Citra wirya.

Citra wirya memintah kerajaan di bawah bimbingan bisma karna usianya masih muda, setelah cukup umur Bisma menangkan sayembara di kerajaan Kasi dan memenagkan ke tiga puti kerajaan tersebut, Amba, Ambika dan Ambalika, namun Amba tidak ingin menikahi Citra wirya yang penyakitan dan lemah, ia hanya mau menikahi pacarnya yang di bunuh oleh bisma saat sayembara berlansung, kutukan amba membuat bisma tidak bisa mati walau ia ingin mati sekalipun, dan ia bersumpah akan terlahir kembali kedunia sebagai srikandi dan menjadi penyebap kematian bima. Karna bisma merasa bersalah ia ikut bersumpah juga bila saatnya bertemu di medan perang ia akan melepaskan semua kesaktiannya dan menyerah di hadapan ringkarnasi putri amba (Srikandi).

Citra wirya meninggal karna penyakit paru – paru dan belum sempat mendapatkan keturunan, oleh Satyawati (Ibu ratu) kedua menantunya di suruh agar meminta doa dari Resi Byasa. Upaca Putropadana pun di laksanakan, Ambika sebagai kakak tertua menghadap resi terlebih dahulu, ia tak sanggup melihat wajah resi Byasa, oleh karna kesalahanya itu ia mendapatkan anak yang buta (Dretarasta). Mengetahui kejadian tersebut ratu Satyawati meng amanatkan Ambalika agar membuka matanya dan di temani seorang pelayan keturunan Sudra, namun ambalika pucat pasih, saat melihat wajah Resi Byasa. Lalu byasa berkata anakmu akan lahir pucat sebagai penderita anemia (Pandu).

Sementara Karna pelayanan Wanita keturunan Sudra yang baik Resi byasa mendoakan kelak ia melahirkan seorang anak yang pintar dan bijaksana jelmaan Dewa Dharma.

Dari Ambika dan Ambalika lahirlah penerus dinasti Kuru selanjutnya, sebagai mana kerajaan pada umumnya setelah meninggal sang  raja. Kekuasaan akan di turunkan ke Putra tertua namun karena Dretarastra buta kerajanan di pegang oleh adik tirinya Pandu. Setelah penobatan pandu, Bisma mengikuti sayembara Raja Kuntiboja untuk mendapatkan Kunti, Pandu menikahi Kunti putri dari keraan Surasena anak angkat Raja Kuntiboja, tanpa sempat melakukan tugasnya sebagai suami ia di tugasi berperang melawan  kerajaan Madra yang di pimpin oleh Salya, pandu memenagkan perperangan dan menikahi adik Raja Salya putri Madri sebagai istri keduanya. Kemenangannya di persembahkan untuk kakaknya Dretarasta, hadiah kemengan dapat mengobati kekesalan dan menambah kepercayaan Dretarasta kepada pandu, Ia yakin Pandu akan bersikap adil padanya kelak.

Oleh Mahapatih Bisma Pandu di sarankan untuk berrekreasi bersama keluarganya sebagai hiburan, di tengah perjalanan Madri melihat kijang dan ia meminta pandu memanahnya, pandu menuruti kemaun istri mudanya walau sudah di nasehati kunti untuk tidak menlakukannya. Pandu memacu kudanya dan melihat seekor kijang dari balik sebatang pohon dan langsung melepaskan anak panahnya, Panahnya mengenai sepasng kijang yang sedang berbuhungan intim, kijang jelmaan Resi berubah menjadi manusia.

Merasa terganggu sang Resi, mengutuk pandu, akan mati bila bersetubuh, menerima kutukan sang resi ia hawatir kerajaan tidak ada penerusnya dan memilih mundur sebagai raja, untuk menebus kesalahannya  ia menjadi petapa, kerajaan di ambil alih oleh Dretarasta.

Ratu gandari sebagai permaisuri Dretarasta adalah Putri dari kerajaan Gandhara, memilih untuk menutup matanya karna semula ia sudah senang di lamar Bisma untuk keponakannya, ia mengira di nikahkan dengan pandu,  ia baru di beritahu oleh ayahnya setelah lamaran di tersebut di setujui, karena kesalahan orang tuanya tersebut, ia bersumpah untuk tidak melihat dunia lagi dan menutup kedua matanya dengan pita merah untuk mengimbangi keadaan suaminya.

Sesampainya di Hastinapura Dretarasta tidak senang atas apa yang di lakukan gandari, ia menuduh dirinya di telah di hina di depan umum. Beberapa saat hubungan mereka tidak harmonis, gandari hanya dapat bersedih, sebagai raja ia berharap segera dapat keturunan, sementara pernikahan mereka sudah cukup lama, gandari tak berhentinya berdoa kepada Dewa Shiwa karna sudah di ramalakan Resi Byasa akan memiliki 100 anak, namun tanda- tanda kehamilan belum juga muncul tanda-tanda kehamilan.

Sementara Kunti menceritakan kepada pandu bahwa dirinya telah di beri berkat dari Resi Durwasa dengan doa sakti untuk mendapatkan keturunan, anak petamanya di beri nama Karna (Raja angga) sebelum mereka menikah, ia pun menghanyutkan Karna di sunggai ganga dan di temukan oleh Radha dan suaminya yang sedang memuja Dewi gangga untuk mendapatkan keturunan, karnapun di rawat oleh kusir Bisma.

Mendengar cerita kunti, pandu meminta agar kunti melakuan hal serupa maka diapun meminta seorang putra jujur dan bijaksana, Yudistira dari titisan Dewa Yama Atau Dewa Darma. Kelak akan menjadi raja yang bijaksana.

 Mendengar pandu telah mempunyai putra Dretarasta dan gundari mulai khawatir atas keturunanya, Gundaripun menemui Resi Byasa dan hamil juga. kehamilan Gandari sangat menyiksa dirinya telah lebih dari Sembilan bulan belum lahir juga, bahkan sampai setahun lebih.

Sementara kunti melakuakan pemujaan atas anak keduanya yang kuat dan perkasa seperti halnya dewa Bayu, maka lahirlah Bima. Kekuatan bima saat masih bayi sudah di perlihatkan pada ibunya, ia jatuh dari pangkuan ibunya tepat di atas batu yang besar, batu itupun pecah.

Mendengar anak kedua pandu telah lahir Gundari semakin di kucilkan oleh suaminya, merasa di kucilkan suaminya ia pun menagis saat memuja Dewa shiwa dan membenturkan perutnya yang buncit. Sakit yang deritanya terus saja menghujam perutnya dan lahirlah kurawa dalam sebentuk daging sementara kunti pingsan. Melihat hal yang tak wajar Ibu Ratu satyawati meminta bantuan Resi Byasa kembali.

Resi Byasa memotong – motong gumpalan daging tersebut menjadi 101 bagian dan masing- masing potongan dimasukan di dalam getong (Gerabah) dan di bungkus kain yang di sembunyikan kedalam gua, setelah setahun baru  gerabah tersebut melahirkan 100 kurawa dan seorang putri dursila sebagai hadiah buat kesabaran Gandari. Saat para kurawa keluar dari gerabah Negara hastinapura di sambut dengan Badai dan petir yang menyambar, pertenda buruk, resi byasa menganjurkan agar para kurawa di bunuh saja karna kemudiannya akan berdampak buruk pada hastinapura.

Mendengar sang resi Raja dretarasta hendak membunuh anak-anaknya, namun saat menggendong anaknya Duryodana yang hendak di bunuh, duryodana kecil menghentikan tangisannya, ia pun tak sanggup membunuh anak-anaknya.

Bersamaan dengan kelahiran Kurawa,  putra pandu yang ketiga Arjuna sebagai titisan dari dewa Indra lahir, Merasa kasihan pada Madri kuntipun mengajarkan mantra padanya, Madri meminta anak kembar pada dewa Aswin (Dewa kembar) makalahirlah Nakula dan Sadewa. Kedua putranya di berkati dengan Pengetahuan dan ilmu obat – obatan.

Saat Madri sedang memetik bunga untuk pemujaan ia pandu turut serta bersamanya, saat meraka berdua-an tanpa sadar mereka saling berciuman dan melanjutkan kehungan intim, Pandupun meninggal dunia, madri merasa sangat bersalah ia pun ikut membakar diri saat mengkremasi suaminya. Mendengar kematian pandu Ibu ratu Satyawati menjemput para pandawa dan kunti untuk kembali ke istana.

Di istana pandawa di sambut korawa dengan cacian dan makian yang tidak bersahabat, konplik antar mereka mulai terjadi sedari kecil. Bersama pananya Sengkuni (Raja Gandara) yang licik meracuni Bima dengan jamuan Makan dan membuang jasad bima kedalam sungai, saat di dalam sunggai Bisma di tolong raja ular Antaboga (Naga besuki) dan memberikan kekuatan 100 ekor gajah padanya, ia sempat tinggal selama 8 hari di istana Naga besuki.

Sementara Hastiana pura gempar oleh kematian Bima di makan serigala, rekayasa sengkuni sempat di percai seluruh istana dengan ornamen kalungnya yang di temukan di tepi hutan dekat sungai gangga, pada hari kedelapan kematian Bima istana menjamu para Brahmana dengan menghidangkan makanan. Saat makanan di dapur istana hasis seorang Brahmana muda belum juga kenyang, kuntipun membuat Ladu yang terakhir dan menyupi brahmana muda yang menutup kepalanya, kunti mengis saat menyuapi si brahmana sambil teringat anaknya Bima yang akan kenyang bila di suapi oleh ibunya. Setelah di suapi kunti Wikodara (artinya Perut serigala) julukan bima, iapun bersendawa. Seluruh istana merasa lega ternyata Brahmana muda itu bima yang menyamar.

Setelah cukup umur Yudistirapun di angkat sebagia pangeran Mahkota yang kemudian berhak atas kerajaan Hastinapura. Duryodana dan Pamannya Sengkuni tidak terima atas keputusan tersebut, merekapun mengatur siasat licik, menyuruh Pelayan kepercayaannya dengan imbalan sebidang tanah, mereka merancang membuat istana yang terbuat dari Lilin yang mudah terbakar.

Para pandawa pun terjebak oleh perangkap licik sengkuni mereka tiba juga ke Waranamata setelah disana mereka sempat heran, istana sebesar itu tapi tidak ada dapur sama sekali, pelayannya hanya beberapa orang saja rajanya ikut melayani mereka, Widura mengetahui ada hal yang tidak bener yang akan terjadi pada keponakanya iapun mengirimkan tali dan seekor tikus, para pandawa merasa heran dengan kiriman pamannya, tepat di hari mereka akan di racuni dan di bakar nakula memberi makan tikus pemberian pamannya, tikuspun mati, menyadari hal tersebut Yudistira makin sadar kalau mereka sedang di perangkap di istana tersebut, istana di bakar.

Dengan kekuatan bima ia menghentakkan kakinya ke lantai, lantaipun berlubang, mereka segera membuat terowongan untuk menyelamatkan diri, Alat perang mereka sengaja di biarkan terbakar, mereka memilih mengasikan diri dari pada harus berebut kekuasaan dengan Duryodana. Siasat licik sengkuni tercium oleh Bisma ia pun memacu kudanya di tengah hujan dan badai yang deras. Sesampainya di waranawati tempat itu telah rata dengan tanah, bisma hanya menemukan Busur, gada, tombak dan pedang yang terlah terbar. Dengan kesedihan yang dalam bismapun mengiburkan senjata para cucunya, ia merasa tidak dapat melindungi cucunya yang di sayang.

Dalam pengasingan pandawa menyamar sebagai Brahmana sampai di salah satu daerah kekuasan Aswatama putra guru drona, sebenarnya kerajaan bekas Pancala yang di bagi dua itu terbentuk karna pandawa berhasil mengalahkan Drupada temen seperguruan Drona yang ingkar janji. Saat itu yang di utus pertama Para kurawa namun kurawa kalah dan di tahan drupada.

Mengetahu ada 5 Pemuda asing dan seorang aswatama bersama prajuritnya memburu pandawa hingga sampai keperbatasan dengan kerajaan raksasa Hidimba, paraprajurit menghentikan pengejarannya dan tidak ada yang berani memasuki wilayah raksasa yang penuh mistis, siapun yang masuk kewilayah itu pasti tidak kembali lagi. Perjanjian Bisma semasa raja sentanu melarang para raksasa menculik dan menyakiti manusia, raksasa hanya boleh melakukanya di daerah kekuasannya saja.

Hindimba mengutus adiknya Hidimbi burubah menjadi manusia dan membawa pandawa kehadapannya untuk di makan bersama raksasa yang lain. Singkat cerita hindimbi jatuh cinta kepada bima, mengetahui adiknya jatuh cinta pada orang yang seharusnya jadi santapannya hidimba pun menyerang Bima, pertarungan pun terjadi Bima memenagkan pertarungan dengan menancapkan kepala hidimba ke dalam tanah, setengah dari badannya ikut masuk kedalam tanah, ia mati dan kalah.

Sesuai dengan tradisi di kerajaan, siapa yang mengalahkan rajanya maka dia berhak menjadi raja sampai ada raja pengantinya, Bima akhirnya menikah dengan hidimbi dan melahirkan seorang butra Gatot Kaca, Setelah lahir gatot kaca langsung besar dan siap menggantikan ayahnya raja Vikodara (bima), pandawa kemudian meninggalkan kerajaan raksasa, gatot kaca sebagai pemimpin barunya.

Mendengar Raja hidimba telah di kalahkan bisma merasa yakin bahwan para pandawa masih hidup, ia tahu selain dirinya hanya bima yang bisa mengalahkan hidimba.

Setelah keluar dari kerajaan raksasa mereka melanjutkan perjalan ke pancala, di sebuah kota bernama Ekacakra mereka tinggal sementara di rumah seorang pembuat gerabah, mereka tidak mau hanya menumpang sementara tanpa mau memberikan imbalan, tukang gerabah tuan itupun menyuruh mereka untuk mengumpulkan tanah liat di dekat sebuah candi. Arjuna dan bima melakukan tugas itu, di candi tersubut drupadi akan melakukan pemujaan, Saat itu drupadi melihat arjuna untuk pertama kalinya, iapun mulai terpikat pada pandangan pertama.

Sepulang dari mengambil tanah liat ban grobak mereka terjerembap persis di tengah jalan karena bebanya yang banyak, saat itu rombongan kurawa yang hendak mengikuti Sayembara untuk memperistri Drupadi putri dari drupada masil dari memuja api. Melihat rombongan Kura Bima siap – siap siaga takut salah seorang dari mereka mengenali samara mereka, Karna raja angga putun dari kereta kudanya, bima semakin siaga, rupannya karna membantu Arjuna mengangkat gerobak mereka, arjunapun berterima kasih pada karna, dalam hatinya berkata kenapa orang sebaik karna harus ada di barisan kurawa.

Di kampilia tempat sayembara drupadi di laksanakan banyak raja dan pangeran yang ikut ambil bagian dalam sayembara, Pandawa ikut diantara penonton keberadaan mereka untuk mengantar seorang brahmana yang cacat yang berharap dapat sedekah emas dari raja drupada setelah selesai sayembara, Bima terbujuk juga untuk mengantarkan brahmana tua itu berharap banyak makan.

Raja dan pangeran bergantian mengikuti memanah dengan menggunakan Busur panah dewa indra, hanya orang yang memiliki hati yang murni saja yang bisa mengangkat busur panah tersebut. Menurut Kresna (ringkarnasi dewa wisnu) hanya Bisma, Karna dan arjuna saja yang sanggup menggunakan busur itu. Duryodana mencoba maju kearena namun dia tidak dapat mengangkat, ia menjadi tertawaan raja dan pangeran. Karna menawarkan niat baiknya untuk mempersembahkan hasilnya pada untuk duryodana, ia turun kearena ketika ia mengangkat busurnya, drupadi melarangnya karena dia tak ingin menikah dengan anak seorang kusir.

Raja dan pangeran tidak ada yang sanggup melakukan itu, akhirnya sayembara di tawarkan kepada golongan brahmana, kresna tau arjuna saat itu sedang menyamar menyadi brahmana, Arjuna di dorong kedepan oleh seorang brahmana yang tidak dikenal, oleh kresna diapun di persilakan mengikuti sayembara, Arjuna memengkan pertandingan tersebut, Sengkuni penganulir kemenangan itu, mereka para raja dan pangeran merasa di rendahkan martabatnya oleh seorang brahmana, Kresna menegahi keributan itu, dan drupadi tidak mempermasalahkan hasil tersebut, dia tau bahwa brahmana itu adalah pangeran Arjuna. Keributan itu membuat kelima pandawa berkumpul sengkuni baru menyadari kalau brahmana itu adalah pandawa. Ia semakin murka dan menghasut raja dan pangeran agar tidak menerima kemenangan itu.

Bima marah dan menghentakan kakinya kelantai, podium dan arena pertandigan itu retak, raja dan pangeran tak ada yang berani menghadapinya, akhirnya setelah meminta restu pada Raja Drupada dan Kresna Arjuna dan para pandawa meninggalkan arena sayembara dan menemui ibunya di sebuah rumah yang tidak berpenghuni.

Saat mereka kembali ibunya sedang berdoa Arjuna dan bima menghadap ibunya sambil mengatakan mereka pulang telah mebawa hasil, belum selesai mereka berbicara ibunya menyuruh agar apapun yang di dapat di bagi bersama. Mengegar permintaan ibunya seketika pandawa hanya terbegong sambil menyesal kenapa tidak menunggu ibunya selesai berdoa baru bicara. Menyadari apa yang di ucapkannya Dewi kunti sangat menyesal, apa yang baru saja di katakanya adalah petaka buat anak-anaknya bagai mana mungkin berbagi istri.

Drupadi bersedih atas nasibnya harus beristri 5 orang sekaligus ia dan pandawa tidak bisa menerima has itu, keputusan pandawa drupadi harus menikah dengan kakak tertua mereka Yudistira, sementara yang lain untuk menghindari kutukan dari titah ibunya memilih menjadi bujangan dan petapa seumur hidup. Drupadi delema ia di menangkan oleh Arjuna tapi harus menikah dengan Yudistira, ia tidak menerima keputusan itu, mendengar anaknya harus di peristri oleh lima orang drupada menjemput putrinya namun kresna menjelaskan hal itu harus terjadi kalau ingin anaknya menjadi ratu terhebat dan juga dewi di kemudian hari.

Akhirnya semua menerima kemalangan drupadi yang harus bersuami lima orang sekaligus, Setelah mengetahui Arjuna dan saudaranya yang lain masih hidup, Bisma dan Widura memanggil mereka untuk kembali keistana, saat itu Duryodana sudah menjadi putra mahkota dan dia yang berhak atas istana tersebut. Hasil permusyawarahan antara petinggi hastinapura akhirnya Yudistira boleh memilih salah satu kerajaan di bawah jajahan Hastinapura.

Ia tidak memilih salah satupun kerajaan yang di tawarkan, ia memilih daerah yang di kutuk, yang hanya di huni oleh siluman ular Taksaka, apapun yang akan di tanam disana tidak akan tumbuh. Daerah yang tanah dan airnya beracun, Bisma meminta ia ikut mendampingi Yudistira namun Drestarasta tidak menginjikannya ia takut bila Bisma meninggalkannya akan banyak kerajaan jajahannya yang balas dendam dan terjadi perang.

Banyak Rakyat hastinapura yang ikut serta bersama yudistira, mereka tidak suka pada sikap duryodana yang semena-mena, Rombongan itu di ikuti keluarga Vusali (calon istri Karna) sesampainya di daerah yang di tuju mereka di kepung segerombolan ular berbisa, para pandawa kualahan menghadapi serangan ular-ular itu, banyak korban dari ular itu membuat taksaka menampakanan dirinya dengan ujut ular kobra berkepala lima, kesempatan itu di manfaatkan Arjuna, panah tepat di bahu kanan tassaka. Melihat kekalahan pimpinnannya para ular mundur. Vusali terjatuh kelaut penduduk yang lain taksadarkan diri keracunanan bisa ular.

Arjuna meminta dewa Indra untuk menyembuhkan penduduk yang tak berdosa, dewa indra meminta ular – ular menyembuhkan para penduduk, Kekalahan Taksaka memaksa ia menagih janji dewa Indra yang telah memberikan tempat itu hanya untuk para ular, kini anak dewa indra sendiri yang menyerang dia, dewa indra sempat berseteru dengan arjuna, atas anjuran kresna akhirnya dewa indra mengijinkan dan membagun istana Indraprasta  yang lebih megah dari pada Hastinapura dalam sekejap mata saja.

Rakyat Indra prasta bisa hidup lebih bahagia dari pada selama di hastinapura, mendengar kesuksesan dan di berkati Dewa indra banyak penduduk pindah kedaerah itu, melihat hal ini Duryodana semakin murka dan meminta raja agar tidak memperbolehkan mereka untuk keluar dari hastinapura, Gerbang perbatansan di tutup penduduk banyak terpisah dari keluargannya, termasuk Vusali ia tidak di ijinkan keluar dari gerbang juga, melihat kekerasan dan kegigihan Vusali melawan para pengawal membuat hati Kunti tersentuh, ia meminta ijin spesial buat vusali pada raja, karna raja angga di tugaskan mengantarkan Vusali sampai ke indraprasta.

Di perjalanan itu menumbuhkan benih suka diantara keduanya hal itu di ketahui kresna setelah mereka sampai di indraprasta, Vusali akhirnya mengikuti hatinya, ia kembali menyusul Raja angga dan merekapun menjadi suami istri.

Keberadaan indraprasta tidak mau di akui oleh raja dretarasta berbagai alasan dan taktik mencari alasan agar istana tersebut tidak di resmikan. Melihat kenyataan tersebut kresna menganjurkan agar keberadaan mereka di akui oleh kerajaan yang lain yang ada di sekitarnya.

 Raja Jalasanda yang paling kuat dan sering mengintimidasi raja – raja sekitarnya menjadi paling di takuti di daerah itu, menjadi alat politik pandawa paling tepat untuk di akui raja – raja dan bangsawan di sekitarnya. Kresna dan Bima menyamar menjadi Brahmana dan menantang Raja jalasandra bergulat, Jalasandra dalam bertanding tak pernah terkalahkan dan ia tak bisa mati, walau tubuhnya terbelah dua sekalipun dapat tersambung kembali.

Berbagai cara yang di lakukan bima tak juga membuat jalasanda kalah, ia mati dan hidup kembali, dalam pertarungan terakhir bima membelah tubuh jalasanda dan melemparnya kedua arah penjuru angin secara terbalik, tubuh bagian kanan di buang kekiri dan sebaliknya, jalasandapun akhirnya tak bernyawa lagi.

Kemenangan tersebut memrubah Indraprasta menjadi kerajaan yang di akui oleh bangsawan dan raja – raja taklukan jalasanda. Mau tidak mau Dretarasta akhirnya mengahui keberadaan indraprasta sebagai bagian dari Hastinapura.

Di acara seremoninya banyak raja yang datang, utusan dari hastina mutra di wakili oleh putra makotanya Duryodana, sengkuni dan raja angga turut serta. Keindahan arsitektur indra prasta membuat duryodana sangat iri, sampai – sampai ia tak sadar telah tercebur kedalam kolam yang ada di depannya.