MAHABARATA
DI CERITAKAN KEMBALI
OLEH JUMLAH AREZA
(VERSI ZEE TV, START TV DAN ANTV)
Metologi
india kuno tentang pertempuran Mahabarata
di perkirakan sebelum abad ke 4 masehi, pertempuran ini berlangsung
selama delapan belas hari.
Cerita ini
bermula di sebuah kerajaan Hastinapura saat di pimpin oleh raja Santanu, santanu
memiliki dua istri, Gangga (Dewi Gangga) dan satyawati. Dewi gangga melahirkan
seorang Putra Dewabrata atau lebih di kenal dengan Bisma (Mahapatih bisma), raja
Santanu sangat menyayangi Bisma, Satyawati khawatir kerajaan akan jatuh
ketangan bisma maka ia meminta bisma bersumpah, Untuk menunjukan baktinya
kepada kedua orang Tuanya Bismapun bersumpah tidak akan menjadi raja
Hastinapura, Satyawati melahirkan dua orang putra Citranggada (citra gada) dan
adiknya Wicitrawirya (Citra wirya), Citra gada kemudian meneruskan tahta
Hastinapura.
Dibawah Raja
Citra gada kepemimpinannya berhsil dan merasakan ketenteraman, Surat Tantangan
di berikan Raja Gandarwa yang juga bernama sama Citra gada, ia tak ingin ada
raja yang bernama sama di zaman yang sama. Tantangan tersebut di terima citra
gada putra sentanu, pertempuran terjadi Kurukshetra. Kurukshertra juga menjadi
tempat pertempuran Mahabarata. Pertemempuran selama tiga bulan, Citra gada
putra sentanu gugur saat itu ia belum menikah dan kekuasannya di teruskan oleh
Citra wirya.
Citra wirya
memintah kerajaan di bawah bimbingan bisma karna usianya masih muda, setelah
cukup umur Bisma menangkan sayembara di kerajaan Kasi dan memenagkan ke tiga
puti kerajaan tersebut, Amba, Ambika dan Ambalika, namun Amba tidak ingin
menikahi Citra wirya yang penyakitan dan lemah, ia hanya mau menikahi pacarnya
yang di bunuh oleh bisma saat sayembara berlansung, kutukan amba membuat bisma
tidak bisa mati walau ia ingin mati sekalipun, dan ia bersumpah akan terlahir
kembali kedunia sebagai srikandi dan menjadi penyebap kematian bima. Karna
bisma merasa bersalah ia ikut bersumpah juga bila saatnya bertemu di medan
perang ia akan melepaskan semua kesaktiannya dan menyerah di hadapan ringkarnasi
putri amba (Srikandi).
Citra wirya
meninggal karna penyakit paru – paru dan belum sempat mendapatkan keturunan,
oleh Satyawati (Ibu ratu) kedua menantunya di suruh agar meminta doa dari Resi
Byasa. Upaca Putropadana pun di laksanakan, Ambika sebagai kakak tertua menghadap
resi terlebih dahulu, ia tak sanggup melihat wajah resi Byasa, oleh karna
kesalahanya itu ia mendapatkan anak yang buta (Dretarasta). Mengetahui kejadian
tersebut ratu Satyawati meng amanatkan Ambalika agar membuka matanya dan di
temani seorang pelayan keturunan Sudra, namun ambalika pucat pasih, saat
melihat wajah Resi Byasa. Lalu byasa berkata anakmu akan lahir pucat sebagai
penderita anemia (Pandu).
Sementara Karna
pelayanan Wanita keturunan Sudra yang baik Resi byasa mendoakan kelak ia
melahirkan seorang anak yang pintar dan bijaksana jelmaan Dewa Dharma.
Dari Ambika
dan Ambalika lahirlah penerus dinasti Kuru selanjutnya, sebagai mana kerajaan
pada umumnya setelah meninggal sang
raja. Kekuasaan akan di turunkan ke Putra tertua namun karena Dretarastra
buta kerajanan di pegang oleh adik tirinya Pandu. Setelah penobatan pandu,
Bisma mengikuti sayembara Raja Kuntiboja untuk mendapatkan Kunti, Pandu
menikahi Kunti putri dari keraan Surasena anak angkat Raja Kuntiboja, tanpa
sempat melakukan tugasnya sebagai suami ia di tugasi berperang melawan kerajaan Madra yang di pimpin oleh Salya,
pandu memenagkan perperangan dan menikahi adik Raja Salya putri Madri sebagai
istri keduanya. Kemenangannya di persembahkan untuk kakaknya Dretarasta, hadiah
kemengan dapat mengobati kekesalan dan menambah kepercayaan Dretarasta kepada
pandu, Ia yakin Pandu akan bersikap adil padanya kelak.
Oleh
Mahapatih Bisma Pandu di sarankan untuk berrekreasi bersama keluarganya sebagai
hiburan, di tengah perjalanan Madri melihat kijang dan ia meminta pandu
memanahnya, pandu menuruti kemaun istri mudanya walau sudah di nasehati kunti
untuk tidak menlakukannya. Pandu memacu kudanya dan melihat seekor kijang dari
balik sebatang pohon dan langsung melepaskan anak panahnya, Panahnya mengenai
sepasng kijang yang sedang berbuhungan intim, kijang jelmaan Resi berubah
menjadi manusia.
Merasa terganggu
sang Resi, mengutuk pandu, akan mati bila bersetubuh, menerima kutukan sang
resi ia hawatir kerajaan tidak ada penerusnya dan memilih mundur sebagai raja,
untuk menebus kesalahannya ia menjadi
petapa, kerajaan di ambil alih oleh Dretarasta.
Ratu gandari
sebagai permaisuri Dretarasta adalah Putri dari kerajaan Gandhara, memilih
untuk menutup matanya karna semula ia sudah senang di lamar Bisma untuk
keponakannya, ia mengira di nikahkan dengan pandu, ia baru di beritahu oleh ayahnya setelah
lamaran di tersebut di setujui, karena kesalahan orang tuanya tersebut, ia
bersumpah untuk tidak melihat dunia lagi dan menutup kedua matanya dengan pita
merah untuk mengimbangi keadaan suaminya.
Sesampainya
di Hastinapura Dretarasta tidak senang atas apa yang di lakukan gandari, ia
menuduh dirinya di telah di hina di depan umum. Beberapa saat hubungan mereka
tidak harmonis, gandari hanya dapat bersedih, sebagai raja ia berharap segera
dapat keturunan, sementara pernikahan mereka sudah cukup lama, gandari tak
berhentinya berdoa kepada Dewa Shiwa karna sudah di ramalakan Resi Byasa akan
memiliki 100 anak, namun tanda- tanda kehamilan belum juga muncul tanda-tanda
kehamilan.
Sementara
Kunti menceritakan kepada pandu bahwa dirinya telah di beri berkat dari Resi
Durwasa dengan doa sakti untuk mendapatkan keturunan, anak petamanya di beri
nama Karna (Raja angga) sebelum mereka menikah, ia pun menghanyutkan Karna di
sunggai ganga dan di temukan oleh Radha dan suaminya yang sedang memuja Dewi
gangga untuk mendapatkan keturunan, karnapun di rawat oleh kusir Bisma.
Mendengar
cerita kunti, pandu meminta agar kunti melakuan hal serupa maka diapun meminta
seorang putra jujur dan bijaksana, Yudistira dari titisan Dewa Yama Atau Dewa
Darma. Kelak akan menjadi raja yang bijaksana.
Mendengar pandu telah mempunyai putra
Dretarasta dan gundari mulai khawatir atas keturunanya, Gundaripun menemui Resi
Byasa dan hamil juga. kehamilan Gandari sangat menyiksa dirinya telah lebih
dari Sembilan bulan belum lahir juga, bahkan sampai setahun lebih.
Sementara
kunti melakuakan pemujaan atas anak keduanya yang kuat dan perkasa seperti
halnya dewa Bayu, maka lahirlah Bima. Kekuatan bima saat masih bayi sudah di
perlihatkan pada ibunya, ia jatuh dari pangkuan ibunya tepat di atas batu yang
besar, batu itupun pecah.
Mendengar
anak kedua pandu telah lahir Gundari semakin di kucilkan oleh suaminya, merasa
di kucilkan suaminya ia pun menagis saat memuja Dewa shiwa dan membenturkan
perutnya yang buncit. Sakit yang deritanya terus saja menghujam perutnya dan
lahirlah kurawa dalam sebentuk daging sementara kunti pingsan. Melihat hal yang
tak wajar Ibu Ratu satyawati meminta bantuan Resi Byasa kembali.
Resi Byasa
memotong – motong gumpalan daging tersebut menjadi 101 bagian dan masing-
masing potongan dimasukan di dalam getong (Gerabah) dan di bungkus kain yang di
sembunyikan kedalam gua, setelah setahun baru gerabah tersebut melahirkan 100 kurawa dan
seorang putri dursila sebagai hadiah buat kesabaran Gandari. Saat para kurawa
keluar dari gerabah Negara hastinapura di sambut dengan Badai dan petir yang
menyambar, pertenda buruk, resi byasa menganjurkan agar para kurawa di bunuh
saja karna kemudiannya akan berdampak buruk pada hastinapura.
Mendengar
sang resi Raja dretarasta hendak membunuh anak-anaknya, namun saat menggendong
anaknya Duryodana yang hendak di bunuh, duryodana kecil menghentikan
tangisannya, ia pun tak sanggup membunuh anak-anaknya.
Bersamaan
dengan kelahiran Kurawa, putra pandu
yang ketiga Arjuna sebagai titisan dari dewa Indra lahir, Merasa kasihan pada
Madri kuntipun mengajarkan mantra padanya, Madri meminta anak kembar pada dewa
Aswin (Dewa kembar) makalahirlah Nakula dan Sadewa. Kedua putranya di berkati
dengan Pengetahuan dan ilmu obat – obatan.
Saat Madri
sedang memetik bunga untuk pemujaan ia pandu turut serta bersamanya, saat
meraka berdua-an tanpa sadar mereka saling berciuman dan melanjutkan kehungan
intim, Pandupun meninggal dunia, madri merasa sangat bersalah ia pun ikut
membakar diri saat mengkremasi suaminya. Mendengar kematian pandu Ibu ratu
Satyawati menjemput para pandawa dan kunti untuk kembali ke istana.
Di istana
pandawa di sambut korawa dengan cacian dan makian yang tidak bersahabat, konplik
antar mereka mulai terjadi sedari kecil. Bersama pananya Sengkuni (Raja
Gandara) yang licik meracuni Bima dengan jamuan Makan dan membuang jasad bima
kedalam sungai, saat di dalam sunggai Bisma di tolong raja ular Antaboga (Naga
besuki) dan memberikan kekuatan 100 ekor gajah padanya, ia sempat tinggal
selama 8 hari di istana Naga besuki.
Sementara
Hastiana pura gempar oleh kematian Bima di makan serigala, rekayasa sengkuni
sempat di percai seluruh istana dengan ornamen kalungnya yang di temukan di
tepi hutan dekat sungai gangga, pada hari kedelapan kematian Bima istana
menjamu para Brahmana dengan menghidangkan makanan. Saat makanan di dapur
istana hasis seorang Brahmana muda belum juga kenyang, kuntipun membuat Ladu
yang terakhir dan menyupi brahmana muda yang menutup kepalanya, kunti mengis
saat menyuapi si brahmana sambil teringat anaknya Bima yang akan kenyang bila
di suapi oleh ibunya. Setelah di suapi kunti Wikodara (artinya Perut serigala) julukan
bima, iapun bersendawa. Seluruh istana merasa lega ternyata Brahmana muda itu
bima yang menyamar.
Setelah
cukup umur Yudistirapun di angkat sebagia pangeran Mahkota yang kemudian berhak
atas kerajaan Hastinapura. Duryodana dan Pamannya Sengkuni tidak terima atas
keputusan tersebut, merekapun mengatur siasat licik, menyuruh Pelayan
kepercayaannya dengan imbalan sebidang tanah, mereka merancang membuat istana
yang terbuat dari Lilin yang mudah terbakar.
Para pandawa
pun terjebak oleh perangkap licik sengkuni mereka tiba juga ke Waranamata
setelah disana mereka sempat heran, istana sebesar itu tapi tidak ada dapur
sama sekali, pelayannya hanya beberapa orang saja rajanya ikut melayani mereka,
Widura mengetahui ada hal yang tidak bener yang akan terjadi pada keponakanya iapun
mengirimkan tali dan seekor tikus, para pandawa merasa heran dengan kiriman
pamannya, tepat di hari mereka akan di racuni dan di bakar nakula memberi makan
tikus pemberian pamannya, tikuspun mati, menyadari hal tersebut Yudistira makin
sadar kalau mereka sedang di perangkap di istana tersebut, istana di bakar.
Dengan
kekuatan bima ia menghentakkan kakinya ke lantai, lantaipun berlubang, mereka
segera membuat terowongan untuk menyelamatkan diri, Alat perang mereka sengaja
di biarkan terbakar, mereka memilih mengasikan diri dari pada harus berebut
kekuasaan dengan Duryodana. Siasat licik sengkuni tercium oleh Bisma ia pun
memacu kudanya di tengah hujan dan badai yang deras. Sesampainya di waranawati
tempat itu telah rata dengan tanah, bisma hanya menemukan Busur, gada, tombak
dan pedang yang terlah terbar. Dengan kesedihan yang dalam bismapun mengiburkan
senjata para cucunya, ia merasa tidak dapat melindungi cucunya yang di sayang.
Dalam
pengasingan pandawa menyamar sebagai Brahmana sampai di salah satu daerah
kekuasan Aswatama putra guru drona, sebenarnya kerajaan bekas Pancala yang di
bagi dua itu terbentuk karna pandawa berhasil mengalahkan Drupada temen
seperguruan Drona yang ingkar janji. Saat itu yang di utus pertama Para kurawa
namun kurawa kalah dan di tahan drupada.
Mengetahu
ada 5 Pemuda asing dan seorang aswatama bersama prajuritnya memburu pandawa
hingga sampai keperbatasan dengan kerajaan raksasa Hidimba, paraprajurit
menghentikan pengejarannya dan tidak ada yang berani memasuki wilayah raksasa
yang penuh mistis, siapun yang masuk kewilayah itu pasti tidak kembali lagi.
Perjanjian Bisma semasa raja sentanu melarang para raksasa menculik dan
menyakiti manusia, raksasa hanya boleh melakukanya di daerah kekuasannya saja.
Hindimba
mengutus adiknya Hidimbi burubah menjadi manusia dan membawa pandawa
kehadapannya untuk di makan bersama raksasa yang lain. Singkat cerita hindimbi
jatuh cinta kepada bima, mengetahui adiknya jatuh cinta pada orang yang
seharusnya jadi santapannya hidimba pun menyerang Bima, pertarungan pun terjadi
Bima memenagkan pertarungan dengan menancapkan kepala hidimba ke dalam tanah,
setengah dari badannya ikut masuk kedalam tanah, ia mati dan kalah.
Sesuai
dengan tradisi di kerajaan, siapa yang mengalahkan rajanya maka dia berhak
menjadi raja sampai ada raja pengantinya, Bima akhirnya menikah dengan hidimbi
dan melahirkan seorang butra Gatot Kaca, Setelah lahir gatot kaca langsung
besar dan siap menggantikan ayahnya raja Vikodara (bima), pandawa kemudian
meninggalkan kerajaan raksasa, gatot kaca sebagai pemimpin barunya.
Mendengar
Raja hidimba telah di kalahkan bisma merasa yakin bahwan para pandawa masih
hidup, ia tahu selain dirinya hanya bima yang bisa mengalahkan hidimba.
Setelah
keluar dari kerajaan raksasa mereka melanjutkan perjalan ke pancala, di sebuah
kota bernama Ekacakra mereka tinggal sementara di rumah seorang pembuat
gerabah, mereka tidak mau hanya menumpang sementara tanpa mau memberikan
imbalan, tukang gerabah tuan itupun menyuruh mereka untuk mengumpulkan tanah
liat di dekat sebuah candi. Arjuna dan bima melakukan tugas itu, di candi
tersubut drupadi akan melakukan pemujaan, Saat itu drupadi melihat arjuna untuk
pertama kalinya, iapun mulai terpikat pada pandangan pertama.
Sepulang
dari mengambil tanah liat ban grobak mereka terjerembap persis di tengah jalan
karena bebanya yang banyak, saat itu rombongan kurawa yang hendak mengikuti
Sayembara untuk memperistri Drupadi putri dari drupada masil dari memuja api.
Melihat rombongan Kura Bima siap – siap siaga takut salah seorang dari mereka
mengenali samara mereka, Karna raja angga putun dari kereta kudanya, bima
semakin siaga, rupannya karna membantu Arjuna mengangkat gerobak mereka,
arjunapun berterima kasih pada karna, dalam hatinya berkata kenapa orang sebaik
karna harus ada di barisan kurawa.
Di kampilia
tempat sayembara drupadi di laksanakan banyak raja dan pangeran yang ikut ambil
bagian dalam sayembara, Pandawa ikut diantara penonton keberadaan mereka untuk
mengantar seorang brahmana yang cacat yang berharap dapat sedekah emas dari
raja drupada setelah selesai sayembara, Bima terbujuk juga untuk mengantarkan
brahmana tua itu berharap banyak makan.
Raja dan
pangeran bergantian mengikuti memanah dengan menggunakan Busur panah dewa
indra, hanya orang yang memiliki hati yang murni saja yang bisa mengangkat
busur panah tersebut. Menurut Kresna (ringkarnasi dewa wisnu) hanya Bisma,
Karna dan arjuna saja yang sanggup menggunakan busur itu. Duryodana mencoba
maju kearena namun dia tidak dapat mengangkat, ia menjadi tertawaan raja dan
pangeran. Karna menawarkan niat baiknya untuk mempersembahkan hasilnya pada
untuk duryodana, ia turun kearena ketika ia mengangkat busurnya, drupadi
melarangnya karena dia tak ingin menikah dengan anak seorang kusir.
Raja dan
pangeran tidak ada yang sanggup melakukan itu, akhirnya sayembara di tawarkan
kepada golongan brahmana, kresna tau arjuna saat itu sedang menyamar menyadi
brahmana, Arjuna di dorong kedepan oleh seorang brahmana yang tidak dikenal, oleh
kresna diapun di persilakan mengikuti sayembara, Arjuna memengkan pertandingan
tersebut, Sengkuni penganulir kemenangan itu, mereka para raja dan pangeran
merasa di rendahkan martabatnya oleh seorang brahmana, Kresna menegahi
keributan itu, dan drupadi tidak mempermasalahkan hasil tersebut, dia tau bahwa
brahmana itu adalah pangeran Arjuna. Keributan itu membuat kelima pandawa
berkumpul sengkuni baru menyadari kalau brahmana itu adalah pandawa. Ia semakin
murka dan menghasut raja dan pangeran agar tidak menerima kemenangan itu.
Bima marah
dan menghentakan kakinya kelantai, podium dan arena pertandigan itu retak, raja
dan pangeran tak ada yang berani menghadapinya, akhirnya setelah meminta restu
pada Raja Drupada dan Kresna Arjuna dan para pandawa meninggalkan arena
sayembara dan menemui ibunya di sebuah rumah yang tidak berpenghuni.
Saat mereka
kembali ibunya sedang berdoa Arjuna dan bima menghadap ibunya sambil mengatakan
mereka pulang telah mebawa hasil, belum selesai mereka berbicara ibunya
menyuruh agar apapun yang di dapat di bagi bersama. Mengegar permintaan ibunya
seketika pandawa hanya terbegong sambil menyesal kenapa tidak menunggu ibunya
selesai berdoa baru bicara. Menyadari apa yang di ucapkannya Dewi kunti sangat
menyesal, apa yang baru saja di katakanya adalah petaka buat anak-anaknya bagai
mana mungkin berbagi istri.
Drupadi
bersedih atas nasibnya harus beristri 5 orang sekaligus ia dan pandawa tidak
bisa menerima has itu, keputusan pandawa drupadi harus menikah dengan kakak
tertua mereka Yudistira, sementara yang lain untuk menghindari kutukan dari
titah ibunya memilih menjadi bujangan dan petapa seumur hidup. Drupadi delema
ia di menangkan oleh Arjuna tapi harus menikah dengan Yudistira, ia tidak
menerima keputusan itu, mendengar anaknya harus di peristri oleh lima orang
drupada menjemput putrinya namun kresna menjelaskan hal itu harus terjadi kalau
ingin anaknya menjadi ratu terhebat dan juga dewi di kemudian hari.
Akhirnya
semua menerima kemalangan drupadi yang harus bersuami lima orang sekaligus,
Setelah mengetahui Arjuna dan saudaranya yang lain masih hidup, Bisma dan
Widura memanggil mereka untuk kembali keistana, saat itu Duryodana sudah
menjadi putra mahkota dan dia yang berhak atas istana tersebut. Hasil permusyawarahan
antara petinggi hastinapura akhirnya Yudistira boleh memilih salah satu
kerajaan di bawah jajahan Hastinapura.
Ia tidak
memilih salah satupun kerajaan yang di tawarkan, ia memilih daerah yang di
kutuk, yang hanya di huni oleh siluman ular Taksaka, apapun yang akan di tanam
disana tidak akan tumbuh. Daerah yang tanah dan airnya beracun, Bisma meminta
ia ikut mendampingi Yudistira namun Drestarasta tidak menginjikannya ia takut
bila Bisma meninggalkannya akan banyak kerajaan jajahannya yang balas dendam
dan terjadi perang.
Banyak
Rakyat hastinapura yang ikut serta bersama yudistira, mereka tidak suka pada
sikap duryodana yang semena-mena, Rombongan itu di ikuti keluarga Vusali (calon
istri Karna) sesampainya di daerah yang di tuju mereka di kepung segerombolan
ular berbisa, para pandawa kualahan menghadapi serangan ular-ular itu, banyak korban
dari ular itu membuat
taksaka menampakanan dirinya dengan ujut ular kobra berkepala lima, kesempatan
itu di manfaatkan Arjuna, panah tepat di bahu kanan tassaka. Melihat kekalahan pimpinnannya para
ular mundur. Vusali
terjatuh kelaut penduduk yang lain taksadarkan diri keracunanan
bisa ular.
Arjuna meminta dewa Indra untuk menyembuhkan penduduk
yang tak berdosa, dewa indra meminta ular – ular menyembuhkan para penduduk,
Kekalahan Taksaka memaksa ia menagih janji dewa Indra yang telah memberikan
tempat itu hanya untuk para ular, kini anak dewa indra sendiri yang menyerang
dia, dewa indra sempat berseteru dengan arjuna, atas anjuran kresna akhirnya
dewa indra mengijinkan dan membagun istana Indraprasta yang lebih megah dari pada Hastinapura dalam
sekejap mata saja.
Rakyat Indra prasta bisa hidup lebih bahagia dari pada
selama di hastinapura, mendengar kesuksesan dan di berkati Dewa indra banyak
penduduk pindah kedaerah itu, melihat hal ini Duryodana semakin murka dan
meminta raja agar tidak memperbolehkan mereka untuk keluar dari hastinapura,
Gerbang perbatansan di tutup penduduk banyak terpisah dari keluargannya,
termasuk Vusali ia tidak di ijinkan keluar dari gerbang juga, melihat kekerasan
dan kegigihan Vusali melawan para pengawal membuat hati Kunti tersentuh, ia
meminta ijin spesial buat vusali pada raja, karna raja angga di tugaskan
mengantarkan Vusali sampai ke indraprasta.
Di perjalanan itu menumbuhkan benih suka diantara
keduanya hal itu di ketahui kresna setelah mereka sampai di indraprasta, Vusali
akhirnya mengikuti hatinya, ia kembali menyusul Raja angga dan merekapun
menjadi suami istri.
Keberadaan indraprasta tidak mau di akui oleh raja dretarasta berbagai alasan
dan taktik mencari alasan agar istana tersebut tidak di resmikan. Melihat
kenyataan tersebut kresna menganjurkan agar keberadaan mereka di akui oleh
kerajaan yang lain yang ada di sekitarnya.
Raja Jalasanda
yang paling kuat dan sering mengintimidasi raja – raja sekitarnya menjadi
paling di takuti di daerah itu, menjadi alat politik pandawa paling tepat untuk
di akui raja – raja dan bangsawan di sekitarnya. Kresna dan Bima menyamar
menjadi Brahmana dan menantang Raja jalasandra bergulat, Jalasandra dalam
bertanding tak pernah terkalahkan dan ia tak bisa mati, walau tubuhnya terbelah
dua sekalipun dapat tersambung kembali.
Berbagai
cara yang di lakukan bima tak juga membuat jalasanda kalah, ia mati dan hidup
kembali, dalam pertarungan terakhir bima membelah tubuh jalasanda dan
melemparnya kedua arah penjuru angin secara terbalik, tubuh bagian kanan di
buang kekiri dan sebaliknya, jalasandapun akhirnya tak bernyawa lagi.
Kemenangan
tersebut memrubah Indraprasta menjadi kerajaan yang di akui oleh bangsawan dan
raja – raja taklukan jalasanda. Mau tidak mau Dretarasta akhirnya mengahui
keberadaan indraprasta sebagai bagian dari Hastinapura.
Di acara
seremoninya banyak raja yang datang, utusan dari hastina mutra di wakili oleh
putra makotanya Duryodana, sengkuni dan raja angga turut serta. Keindahan
arsitektur indra prasta membuat duryodana sangat iri, sampai – sampai ia tak
sadar telah tercebur kedalam kolam yang ada di depannya.